Setelah berhasil melambung tinggi dan cenderung stabil bulan lalu, saham properti kini dikabarkan kembali anjlok.Berdasarkan data per Jumat (10/11/2023) silam, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun ke level 6.809 atau setara 0,42% di penutupan perdagangan.Diketahui dari Bursa Efek Indonesia, nilai transaksi saham menyentuh angka Rp 7,75 triliun dengan volume 16,48 miliar saham dan dengan total frekuensi sekitar 993.991 kali.Dengan rincian sebanyak 184 saham menguat, 333 saham terkoreksi, serta 227 saham stagnan. Sementara itu, untuk kapitalisasi pasar IHSGnya sekitar Rp 10,7 triliun.Tak hanya itu saja, hampir seluruh bursa saham berwarna merah. Di sinilah para investor tampaknya masih terus menunggu katalis lanjutan dari beberapa emiten properti yang sudah lama mengalami penurunan tren atau biasa disebut downtrend.Kendati begitu, pemerintah akan berupaya untuk memberikan insentif kepada rumah dengan harga maksimal Rp 5 miliar. Insentif ini kemudian akan diberikan untuk pembelian rumah komersial baru dalam bentuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).Nantinya, PPN ini 100% akan ditanggung pemerintah bagi pembeli rumah, satu rumah per satu NIK atau satu NPWP. Program ini berlangsung mulai November 2023 – Juni 2024.Sementara itu, untuk periode Juli 2024 – Desember 2024 pemerintah masih memberikan PPN sebesar 50%. Jadi, masyarakat perlu membayarkan PPN sisanya, yakni sekitar 5,5%. Sebelumnya, Menteri Keuangan menjelaskan bahwa insentif awalnya hanya diberikan untuk pembelian rumah komersial baru maksimal Rp 2 miliar per unit. Tetapi, intensif kembali diperluas maksimal Rp 5 miliar.“Kita lakukan perluasan lagi untuk rumah Rp 5 miliar. Tapi PPN yang kita ditanggung hanya Rp 2 miliar. Artinya, untuk rumah yang harganya di atas Rp 2-5 miliar harus membayar PPN seperti semula sampai Rp 2 miliar pertama DTP,” ujar Sri Mulyani.Bagaimana Penjualan Properti Setahun Terakhir?Menurut Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR), Bank Indonesia telah mengindikasi bahwa perkembangan harga properti di pasar primer secara tahunan masih terus melanjutkan peningkatan tren di kuartal II tahun 2023.IHSG mengalami kenaikan menjadi 1,92% (yoy) yang jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan triwulan sebelumnya yakni 1,79%. Kenaikkan ini terjadi terutama pada tipe kelas kecil yang berdampak pada lambatnya penjualan rumah.Dari data Bank Indonesia, penjualan rumah terus mengalami kontraksi (yoy) pada II kuartal terakhir. Penjualan rumah di kuartal II tahun 2023 terkontraksi sebesar 12,3% (yoy) lebih besar daripada kuartal I tahun 2023 yaitu 8,26% (yoy).Namun, semenjak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020 silam, penjualan rumah jauh lebih terkoreksi.Selama kuartal II tahun 2020 sampai kuartal II tahun 2023, diketahui penjualan rumah hanya tumbuh empat kuartal dan sisanya kontraksi.Dengan demikian, dalam setahun terakhir ini hanya penjualan rumah tipe menengahlah yang terkontraksi. Sedangkan untuk tipe besar dan kecil masih tetap tumbuh positif.

Bagikan Postingan Ini